BAB
I
HASIL
DESKRIPSI
2.1
Sayatan G-18
Perbesaran : 4 x /0,10 P
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
Tekstur Umum :
·
Kristalinitas : Holokristalin
·
Granularitas : Inequigranular
(faneroporfiritik)
·
Ukuran Kristal : mikrokristalin (3mm)
·
Hubungan Antar Kristal : Panidiomorfik
Tekstur Khusus : Porfiritik
Komposisi :
Nama
Mineral
|
Sifat
Optik Khas
|
Gelasan
|
Colourless
(ppl), jika diputar warna tetap hitam (xpl), warna pink (baji kuarsa)
|
Plagioklas
|
Warna
colourless (ppl), pink (baji kuarsa), terdapat kembaran albit, belahan 1
arah, dan sudut kembaran 47,5° (Bitownit An.82)
|
Kuarsa
|
Tidak memiliki
belahan, relief rendah, gelapan bergelombang
|
Hornblende
|
Belahan 1
arah, prismatik, pleokroisme kuat,dan relief tinggi
|
Olivine
|
Warna
pink-kehijauan (xpl), dengan pecahan tidak beraturan, tanpa belahan
|
Massa
Dasar
|
Warna hitam
(xpl), ukuran kristal yang halus
|
|
|
Nama
Mineral
|
MP
1 (%)
|
MP
2 (%)
|
MP
3 (%)
|
Rata-rata
(%)
|
Massa
Dasar
|
5%
|
5%
|
10%
|
6%
|
Plagioklas
|
35%
|
25%
|
30%
|
30%
|
Kuarsa
|
10%
|
15%
|
15%
|
13%
|
Hornblende
|
20%
|
10%
|
10%
|
13%
|
Olivine
|
20%
|
35%
|
30%
|
28%
|
Gelasan
|
10%
|
5%
|
5%
|
6%
|
Petrogenesa :
Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x/0,10 P,
dengan jenis batuan berupa batuan beku non fragmental. Tekstur umum yang dapat
diamatai pada sayatan ini adalah tingkat kristalinitas yaitu holokristalin,
dimana sayatan ini terdiri atas kristal mineral yang relatif banyak, dan
granularitasnya berupa inequigranular (faneroporfiritik). Ukuran kristal
mikrokristalin atau terdiri atas kristal mineral, dan fabriknya adalah
panidiomorfik (euhedra).Sayatan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yang
relatif besar, yang dikelilingi oleh massa dasar, sehingga dapat diketahui
tekstur khususnya berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini
adalah plagioklas, olivine, kuarsa, hornblende, dan sedikit gelasan.sehingga
dari pendeskripsian diatas, dapat diketahui bahwa mineral-mineral tersebut
terbentuk pada kondisi yang berbeda, dikarenakan mineralnya yang tidak seragam.
Terbentuk pada zona antara plutonik dan hypabisal. Waktu pembentukan yang
relatif sedang, dengan proses pembekuan yang relatif lama. Sehingga dapat
diketahui bahwa mineral-mineral tersebut adalah mineral penyusun batuan yang
bersifat intermediet. Berdasarkan klasifikasi IUGS (1976), nama batuannya
adalah olivine gabronorite.
Nama Batuan : Olivine Gabronorite (IUGS,
1976)
2.2
Sayatan YA-20
Perbesaran : 4 x /0,10 P
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
Tekstur Umum :
·
Kristalinitas : Holokristalin
·
Granularitas : Equigranular (Fanerik)
·
Ukuran Kristal : mikrokristalin
·
Hubungan Antar Kristal : panidiomorfik
Tekstur Khusus : porfiritik
Komposisi :
Nama
Mineral
|
Sifat
Optik Khas
|
Olivine
|
Warna
pink-kehijauan (xpl), dengan pecahan tidak beraturan, tanpa belahan
|
Kuarsa
|
Tidak memiliki
belahan, relief rendah, gelapan bergelombang
|
Mineral
opak
|
Warna hitam
(xpl), ukuran kristal halus
|
Massa
Dasar
|
Hitam (xpl)
colourless (ppl)
|
Plagioklas
|
Warna
colourless (ppl), pink (baji kuarsa), terdapat kembaran albit, belahan 1
arah, dan sudut kembaran 50,5° (Bitownite An.89)
|
Nama
Mineral
|
MP
1 (%)
|
MP
2 (%)
|
MP
3 (%)
|
Rata-rata
(%)
|
Olivine
|
15%
|
15%
|
40%
|
23,3%
|
Kuarsa
|
5%
|
5%
|
3%
|
4,3%
|
Mineral
opak
|
10%
|
5%
|
7%
|
7,3%
|
Massa
Dasar
|
30%
|
35%
|
20%
|
28,3%
|
Plagioklas
|
40%
|
40%
|
30%
|
36,67%
|
Petrogenesa :
Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x/0,10 P,
dengan jenis batuan berupa batuan beku non fragmental. Tekstur umum yang dapat
diamatai pada sayatan ini adalah tingkat kristalinitas yaitu holokristalin,
dimana sayatan ini terdiri atas kristal mineral yang relatif banyak, dan
granularitasnya berupa equigranular (fanerik). Ukuran kristal mikrokristalin
atau terdiri atas kristal mineral, dan fabriknya adalah panidiomorfik
(euhedra).Sayatan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yang relatif besar,
yang dikelilingi oleh massa dasar, sehingga dapat diketahui tekstur khususnya
berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah plagioklas,
olivine, kuarsa, dan massa dasar. Sehingga dari pendeskripsian diatas, dapat
diketahui bahwa mineral-mineral tersebut terbentuk pada kondisi yang berbeda,
dikarenakan mineralnya yang tidak seragam. Terbentuk pada zona antara plutonik
dan hypabisal. Waktu pembentukan yang relatif sedang, dengan proses pembekuan
yang relatif sedang. Dimana awalnya terbentuk lebih dulu mineral yang besar,
dan selanjutnya yang kecil. Sehingga dapat diketahui bahwa mineral-mineral
tersebut adalah mineral penyusun batuan yang bersifat intermediet. Berdasarkan
klasifikasi after streckeisen (1976), nama batuannya adalah Gabroids.
Nama Batuan :
Gabroids (after streckeisen, 1976)
2.3
Sayatan LS-16
Perbesaran : 4 x /0,10 P
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
Tekstur Umum :
·
Kristalinitas : Holohyalin
·
Granularitas : Inequigranular (faneroporfiritik)
·
Ukuran Kristal : mikrokristalin
·
Hubungan Antar Kristal : hypidiomorfik
Tekstur Khusus : porfiritik
Komposisi :
Nama
Mineral
|
Sifat
Optik Khas
|
Plagioklas
|
Warna
colourless (ppl), pink (baji kuarsa), terdapat kembaran albit, belahan 1
arah, dan sudut kembaran 48° (Bitownite An.84)
|
Olivine
|
Warna
pink-kehijauan (xpl), dengan pecahan tidak beraturan, tanpa belahan
|
Orthoklas
|
Terdapat
kembaran carls-bad
|
Hornblende
|
Belahan 1
arah, prismatik, pleokroisme kuat,dan relief tinggi
|
Mineral
opak
|
Warna hitam
(xpl), ukuran kristal halus
|
Massa
Dasar
|
Hitam (xpl)
colourless (ppl)
|
Klinopiroksen
|
Belahan
1 arah, gelapan miring 48° (augite), dan terdapat pleokroik
|
Nama
Mineral
|
MP
1 (%)
|
MP
2 (%)
|
MP
3 (%)
|
Rata-rata
(%)
|
Plagioklas
|
40%
|
50%
|
50%
|
46,67%
|
Olivine
|
10%
|
5%
|
15%
|
10%
|
Orthoklas
|
10%
|
-
|
-
|
3,3%
|
Hornblende
|
15%
|
10%
|
-
|
8,3%
|
Mineral
opak
|
5%
|
15%
|
15%
|
11,67%
|
Massa
Dasar
|
10%
|
15%
|
10%
|
11,67%
|
Klinopiroksen
|
10%
|
5%
|
10%
|
8,3%
|
Petrogenesa :
Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x/0,10 P,
dengan jenis batuan berupa batuan beku non fragmental. Tekstur umum yang dapat
diamatai pada sayatan ini adalah tingkat kristalinitas yaitu holohyalin, dimana
sayatan ini terdiri atas kristal mineral yang kecil dan dikelilingi oleh massa
dasar, dan granularitasnya berupa inequigranular (faneroporfiritik). Ukuran
kristal mikrokristalin atau terdiri atas kristal mineral, dan fabriknya adalah hypidiomorfik
(subhedral). Sayatan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yang relatif
sedang, yang dikelilingi oleh massa dasar, sehingga dapat diketahui tekstur
khususnya berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah
plagioklas, olivine, orthoklas, hornblende, dan piroksen. Sehingga dari
pendeskripsian diatas, dapat diketahui bahwa mineral-mineral tersebut terbentuk
pada kondisi yang berbeda, dikarenakan mineralnya yang tidak seragam. Terbentuk
pada zona antara hypabisal dan vulkanik. Waktu pembentukan yang relatif cepat,
dengan proses pembekuan yang relatif cepat. Sehingga dapat diketahui bahwa
mineral-mineral tersebut adalah mineral penyusun batuan yang bersifat
intermediet. Berdasarkan klasifikasi IUGS (1976), nama batuannya adalah olivine
gabronorite.
Nama Batuan :
olivine gabronorite (IUGS, 1976)
2.4
Sayatan 21
Perbesaran : 4 x /0,10 P
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
Tekstur Umum :
·
Kristalinitas : Holokristalin
·
Granularitas : Equigranular (fanerik)
·
Ukuran Kristal : mikrokristalin
·
Hubungan Antar Kristal : hypidiomorfik
Tekstur Khusus : ophitic
Komposisi :
Nama
Mineral
|
Sifat
Optik Khas
|
Olivin
|
Warna
pink-kehijauan (xpl), dengan pecahan tidak beraturan, tanpa belahan
|
Piroksen
|
Belahan
1 arah, gelapan miring 50° (augite), dan terdapat pleokroik
|
Plagioklas
|
Warna
colourless (ppl), pink (baji kuarsa), terdapat kembaran albit, belahan 1
arah, dan sudut kembaran 54° (anorthite An.94)
|
Hornblende
|
Belahan
1 arah, prismatik, pleokroisme kuat,dan relief tinggi
|
Nama
Mineral
|
MP
1 (%)
|
MP
2 (%)
|
MP
3 (%)
|
Rata-rata
(%)
|
Olivin
|
50%
|
60%
|
40%
|
50%
|
Piroksen
|
20%
|
40%
|
30%
|
26,67%
|
Plagioklas
|
5%
|
5%
|
10%
|
6,67%
|
Hornblende
|
25%
|
5%
|
20%
|
16,67%
|
Petrogenesa :
Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x/0,10 P,
dengan jenis batuan berupa batuan beku non fragmental. Tekstur umum yang dapat
diamatai pada sayatan ini adalah tingkat kristalinitas yaitu holokristalin,
dimana sayatan ini terdiri atas kristal mineral yang relatif banyak, dan
granularitasnya berupa equigranular (fanerik). Ukuran kristal mikrokristalin
atau terdiri atas kristal mineral, dan fabriknya adalah hypidiomorfik (subhedral).
Sayatan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yang relatif besar
(plagioklas) dilingkupi oleh piroksen, dan tidak ada massa dasar, sehingga
dapat diketahui tekstur khususnya berupa ophitic. Komposisi yang dominan pada
sayatan ini adalah plagioklas, olivine, hornblende, dan piroksen. Sehingga dari
pendeskripsian diatas, dapat diketahui bahwa mineral-mineral tersebut terbentuk
pada kondisi yang sama, dikarenakan mineralnya yang seragam. Terbentuk pada
zona antara plutonik. Waktu pembentukan yang relatif lama, dengan proses
pembekuan yang relatif lama. Sehingga dapat diketahui bahwa mineral-mineral
tersebut adalah mineral penyusun batuan yang bersifat basa. Berdasarkan
klasifikasi after streckeisen (1976), nama batuannya adalah peridotite.
Nama Batuan : peridotite (after
streckeisen, 1976)
2.5
Sayatan M02
Perbesaran : 4 x /0,10 P
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
Tekstur Umum :
·
Kristalinitas : holokristalin
·
Granularitas : Inequigranular
(porfiroafanitik)
·
Ukuran Kristal : mikrokristalin
·
Hubungan Antar Kristal :hypidioblastik
Tekstur Khusus : intersertal
Komposisi :
Nama
Mineral
|
Sifat
Optik Khas
|
Plagioklas
|
Warna
colourless (ppl), pink (baji kuarsa), terdapat kembaran albit, belahan 1
arah, dan sudut kembaran 15° (albit An.8)
|
Kuarsa
|
Tidak
memiliki belahan, relief rendah, gelapan bergelombang
|
Muskovite
|
Bentuk
berlembar, pleokroisme kuat, gelapan sejajar
|
Mineral
opak
|
Warna
hitam (xpl), ukuran kristal halus
|
olivine
|
Warna
pink-kehijauan (xpl), dengan pecahan tidak beraturan, tanpa belahan
|
Nama
Mineral
|
MP
1 (%)
|
MP
2 (%)
|
MP
3 (%)
|
Rata-rata
(%)
|
Plagioklas
|
50%
|
50%
|
40%
|
46,67%
|
Kuarsa
|
10%
|
10%
|
15%
|
11,67%
|
Muskovite
|
5%
|
5%
|
5%
|
5%
|
Mineral
opak
|
25%
|
10%
|
-
|
11,67%
|
olivine
|
10%
|
15%
|
40%
|
21,67%
|
Petrogenesa :
Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x/0,10 P,
dengan jenis batuan berupa batuan beku non fragmental. Tekstur umum yang dapat
diamatai pada sayatan ini adalah tingkat kristalinitas yaitu holokristalin,
dimana sayatan ini terdiri atas kristal mineral yang relatif banyak, dan
granularitasnya berupa inequigranular (porfiroafanitik). Ukuran kristal
mikrokristalin atau terdiri atas kristal mineral, dan fabriknya adalah hypidiomorfik
(subhedral).Sayatan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yang relatif kecil,
yang didominasi oleh mineral plagioklas yang memanjang dan terisi oleh gelasan
atau mineral opak, sehingga dapat diketahui tekstur khususnya berupa intersertal.
Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah plagioklas, olivine, kuarsa,
muskovit, dan sedikit gelasan. Sehingga dari pendeskripsian diatas, dapat
diketahui bahwa mineral-mineral tersebut terbentuk pada kondisi yang berbeda,
dikarenakan mineralnya yang tidak seragam. Terbentuk pada zona antara hypabisal
dan vulkanik. Waktu pembentukan yang relatif cepat, dengan proses pembekuan
yang relatif cepat. Sehingga dapat diketahui bahwa mineral-mineral tersebut
adalah mineral penyusun batuan yang bersifat intermediet. Berdasarkan
klasifikasi IUGS (1976), nama batuannya adalah Granodiorite
Nama Batuan : Granodiorite (IUGS, 1976)
2.6
Sayatan STA-19
Perbesaran : 4 x /0,10 P
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
Tekstur Umum :
·
Kristalinitas : Holokristalin
·
Granularitas : Inequigranular
(faneroporfiritik)
·
Ukuran Kristal : mikrokristalin
·
Hubungan Antar Kristal : hypidiomorfik
Tekstur Khusus : porfiritik
Komposisi :
Nama
Mineral
|
Sifat
Optik Khas
|
Orthoklas
|
Terdapat
kembaran carls-bad
|
Kuarsa
|
Tidak
memiliki belahan, relief rendah, gelapan bergelombang
|
Plagioklas
|
Warna
colourless (ppl), pink (baji kuarsa), terdapat kembaran albit, belahan 1
arah, dan sudut kembaran 30° (labradorite An.54)
|
Olivine
|
Warna
pink-kehijauan (xpl), dengan pecahan tidak beraturan, tanpa belahan
|
Biotite
|
Warna
merah kecoklatan (xpl), bentuk prismatik
|
Massa
dasar
|
Hitam (xpl)
colourless (ppl)
|
piroksen
|
Belahan
1 arah, gelapan miring 42° (augite), dan terdapat pleokroik
|
Nama
Mineral
|
MP
1 (%)
|
MP
2 (%)
|
MP
3 (%)
|
Rata-rata
(%)
|
Orthoklas
|
20%
|
10%
|
20%
|
16,67%
|
Kuarsa
|
-
|
30%
|
30%
|
20%
|
Plagioklas
|
30%
|
25%
|
10%
|
21,67%
|
Olivine
|
10%
|
5%
|
20%
|
11,67%
|
Biotite
|
10%
|
-
|
-
|
3,3%
|
Massa
dasar
|
20%
|
25%
|
20%
|
21,67%
|
piroksen
|
10%
|
5%
|
-
|
5%
|
Petrogenesa :
Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x/0,10 P,
dengan jenis batuan berupa batuan beku non fragmental. Tekstur umum yang dapat
diamatai pada sayatan ini adalah tingkat kristalinitas yaitu holokristalin,
dimana sayatan ini terdiri atas kristal mineral yang relatif banyak, dan
granularitasnya berupa inequigranular (faneroporfiritik). Ukuran kristal
mikrokristalin atau terdiri atas kristal mineral, dan fabriknya adalah hypidiomorfik
(subhedral). Sayatan ini tersusun atas kristal-kristal mineral yang relatif kecil,
yang dikelilingi oleh massa dasar, sehingga dapat diketahui tekstur khususnya
berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah plagioklas,
olivine, kuarsa, biotite, piroksen, orthoklas. Sehingga dari pendeskripsian
diatas, dapat diketahui bahwa mineral-mineral tersebut terbentuk pada kondisi
yang berbeda, dikarenakan mineralnya yang tidak seragam. Terbentuk pada zona
antara plutonik dan hypabisal. Waktu pembentukan yang relatif sedang, dengan
proses pembekuan yang relatif lama. Sehingga dapat diketahui bahwa
mineral-mineral tersebut adalah mineral penyusun batuan yang bersifat
intermediet.
Nama Batuan : Ryolite (IUGS,1976)
BAB
II
PEMBAHASAN
Batuan beku non fragmental merupakan
jenis batuan yang dibentuk oleh mineral-mineral primer, seperti olivine,
piroksen,plagioklas, hornblend,kuarsa, biotite, K-feldspar, muskovite dan
orthoklas. Semua mineral tersebut menjadi penciri sebuah batuan beku non
fragmental. Kehadiran dari mineral-mineral tersebut didalam tubuh batuan akan
mempengaruhi penamaannya. Maka dalam hal ini, pada praktikum petrografi acara
batuan beku non fragmental yang dilaksanakan dalam 3 minggu berturut-turut dilakukan
pengamatan secara mikroskopis menggunakan mikroskop polarisasi. Maksud dan
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kenampakan secara mikroskopis
dari mineral-mineral pembentuk batuan beku non fragmental, seperti sifat
optiknya. Selain itu, pengamatan atau praktikum ini bertujuan agar praktikan
mampu membedakan kenampakan mineral berdasarkan sifat optik, dan memberikan
penamaan batuan yang menjadi komposisi penyusunnya. Yang selanjutnya dapat
diinterpretasikan proses terbentuknya, pengaruh apa saja yang bekerja serta
keterdapatannya di permukaan bumi. Berikut adalah pembahasan dari masing-masing
peraga yang telah di amati.
2.1
Kode Preparat G-18
Pengamatan yang pertama dilakukan
pada preparat G-18 yang mana dilakukan pengamatan secara mikroskopis
menggunakan mikroskop polarisasi dengan tiga medan pandang yang berbeda.
Pembesaran yang dilakukan adalah 4x/0,10 P. Secara keseluruhan preparat ini
menunjukan adanya tekstur kristalinitas berupa holokristalin dikarenakan
seluruhnya terdiri dari mineral. Kemudian ukuran butir mineralnya tidak
seragam, sehingga granularitasnya dapat dikatakan Inequigranular, dan dapat diketahui
juga ukuran kristal mineralnya tidak seragam dan terlihat adanya fenokris yang
dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik, namun masih dapat di deskripsikan
dan dilihat dengan mata telanjang sehingga disebut faneroporfiritik. Sehingga
dapat dikatakan sayatan ini memiliki ukuran kristal mikrokristalin atau terdiri
dari kristal mineral. Batas kristalnya terlihat jelas sehingga bentuk
kristalnya dapat dikatakan sebagai panidiomorfik (euhedral). Sedangkan untuk
tekstur khususnya dimana terdapat fenokris yang tertanam dalam massa dasar
tersebut sehingga dapat dikatakan sebagai tekstur porfiritik.
Pada preparat ini terdapat mineral
yang memiliki kembaran albit dengan sudut 47,5o, sehingga mineral
tersebut adalah Plagioklas Bitownit An.82.
Gambar
2.1 Kurva Plagioklas (Bitownite An.82)
Keterdapatan
plagioklas secara keseluruhan pada preparat ini adalah sekitar 30%. Kemudian
ada juga mineral yang terdapat pecahan yang tidak beraturan, tanpa belahan dan
juga memiliki bentuk prismatik dengan relief yang tinggi, sehingga mineral
tersebut adalah olivine. Keterdapatan Olivine pada preparat ini adalah sekitar
28%. Kemudian ada mineral memiliki belahan 1 arah, bentuk prosmatik,
pleokroisme kuat dan relief tinggi sehingga mineral tersebut adalah hornblende.
Keterdapatan hornblende pada preparat ini sekitar 13%. Selain itu ada mineral
dengan sifat optik tidak memiliki belahan, relief rendah, memiliki gelapan
bergelombang dengan bentuk yang tidak beraturan, sehingga mineral ini adalah
kuarsa. Keterdapatan kuarsa pada preparat ini adalah 13%. Kemudian terdapat
juga massa dasar (mineral opak) yang bersifat afanitik yang keterdapatannya
sekitar 6%. Dan yang terakhir terdapat mineral dengan kenampakan warna hitam
ketika pengamatan menggunakan nikol (nikol bersilang), diputar juga akan
menampakkan kenampakan warna yang sama, sehingga mineral ini disebut dengan
gelasan, dengan kelimpahannya pada preparat adalah 6%.
Tingkat
kristalisasinya berupa holokristalin yaitu semua mineralnya membentuk kristal
dan sedikit gelasan, hal ini menandakan bahwa batuan tersebut membeku secara
intrusif jauh di bawah permukaan bumi sehingga mineralnya mempunyai waktu dan
kondisi yang ideal untuk membentuk kristal. Granularitasnya berupa
inequigranular faneroporfiritik, yaitu butirannya tidak memiliki ukuran seragam
dan adanya fenokris (kristal yang lebih besar) dikelilingi massa dasar yang
afanit yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang. Granularitas faneroporfiritik
tersebut menandakan bahwa mineral-mineralnya ada yang terbentuk bersamaan ada
pula yang tidak. Ada mineral yang terlebih dahulu terbentuk kemudian setelah
itu ada lagi mineral lain yang terbentuk pada kondisi suhu dan tekanan yang
berbeda sehingga membentuk massa dasar, namun pada preparat ini
mineral-mineralnya dominan terbentuk secara bersamaan. Berdasarkan hal tersebut
maka kemungkinan tempat pembentukannya adalah zona plutonik hingga hipabisal.
Batas kristalnya euhedral yaitu bidang batas antar kristalnya jelas. Pada
awalnya mineral ini merupakan magma pijar yang cair, kemudian seiring dengan
kondisi suhu yang disebabkan oleh tekanan sehingga mengakibatkan magma tersebut
naik dan pada kondisi tertentu, mineral-mineral sudah mulai terbentuk, dimana
mineral yang terbentuk dahulu adalah olivine yang bersamaan dengan plagioklas
dan kemudian membeku. Pada saat tekanan dan suhu semakin rendah,
mineral-mineral lain mulai terbentuk, seperti hornblende dan semakin menuju ke
permukaan bumi mineral berupa gelasan terbentuk. Kemudian dapat diindikasikan
bahwa mineral-mineral tersebut dapat ditemukan pada daerah-daerah zona
magmatisme atau biasa disebut dengan 7 busur magmatisme. Berdasarkan komposisi
mineralnya, yaitu olivine dan plagioklas yang dominan terbentuk, maka dapat
diketahui dan diindikasikan bahwa batuan yang mengandung mineral-mineral
tersebut dapat tersingkap atau ditemukan pada daerah island arc, back arc basin, dan zona hotspot samudra.
Gambar
2.2 Zona Magmatisme (Peraga G-18)
Berdasarkan komposisi
mineralnya, dapat ditentukan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi IUGS
dengan persentase kelimpahan mineral dibagi dengan total kelimpahan mineral
tanpa massa dasar. Setelah itu didapat Plagioklas berjumlah 35,7%, Olivine 33,3%
dan Kuarsa 15,47%, dan Hornblende 15,47%. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka
peparat G-18 tersebut berasal dari sayatan batuan Olivine Gabbronorite (IUGS,
1976).
Gambar
2.3 Klasifikasi IUGS, 1976 (peraga G-18)
2.2 Kode Preparat YA-20
Pada
Preparat YA-20 dilakukan pengamatan secara mikroskopis menggunakan mikroskop
polarisasi dengan tiga medan pandang yang berbeda. Pembesaran yang dilakukan
adalah 4x/0,10 P. Secara keseluruhan preparat ini menunjukan adanya tekstur
kristalinitas yang holokristalin dikarenakan seluruhnya terdiri dari mineral.
Ukuran butir mineralnya seragam, sehingga granularitasnya dikatakan
equigranular. Ukuran kristal mineralnya yang seragam dan terlihat adanya
fenokris yang masih dapat di deskripsikan sehingga disebut fanerik. Batas
kristalnya terlihat jelas sehingga bentuk kristalnya dapat dikatakan euhedral
(panidiomorfik). Sedangkan untuk tekstur khususnya dimana terdapat fenokris
yang tertanam dalam massa dasar tersebut sehingga dapat dikatakan sebagai
tekstur porfiritik.
Pada preparat ini terdapat mineral
yang memiliki kembaran albit dengan sudut 50,5o, sehingga mineral
tersebut adalah Plagioklas Bitownit An.89.
Gambar
2.4 Kurva Plagioklas (Bitownite An.89)
Keterdapatan
plagioklas secara keseluruhan pada preparat ini adalah sekitar 36,67%. Kemudian
ada juga mineral yang terdapat pecahan yang tidak beraturan, tanpa belahan dan
juga memiliki bentuk prismatik dengan relief yang tinggi, sehingga mineral
tersebut adalah olivine. Keterdapatan Olivine pada preparat ini adalah sekitar
23,3%. Selain itu ada mineral dengan sifat optik tidak memiliki belahan, relief
rendah, memiliki gelapan bergelombang dengan bentuk yang tidak beraturan,
sehingga mineral ini adalah kuarsa. Keterdapatan kuarsa pada preparat ini
adalah 4,3%. Kemudian terdapat juga massa dasar (mineral opak) yang bersifat
afanitik yang keterdapatannya secara keseluruhan sekitar 35,6%.
Tingkat
kristalisasinya berupa holokristalin yaitu semua mineralnya membentuk kristal
dan sedikit gelasan, hal ini menandakan bahwa batuan tersebut membeku secara
intrusif jauh di bawah permukaan bumi sehingga mineralnya mempunyai waktu dan
kondisi yang ideal untuk membentuk kristal. Granularitasnya berupa equigranular
fanerik, yaitu butirannya memiliki ukuran seragam dan adanya fenokris (kristal
yang lebih besar) yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang. Granularitas
fanerik tersebut menandakan bahwa mineral-mineralnya terbentuk bersamaan, pada
preparat ini mineral-mineralnya dominan terbentuk secara bersamaan. Berdasarkan
hal tersebut maka kemungkinan tempat pembentukannya adalah zona plutonik. Batas
kristalnya euhedral yaitu bidang batas antar kristalnya jelas. Pada awalnya
mineral ini merupakan magma pijar yang cair, kemudian seiring dengan kondisi
suhu yang disebabkan oleh tekanan sehingga mengakibatkan magma tersebut naik
dan pada kondisi tertentu, mineral-mineral sudah mulai terbentuk, dimana
mineral yang terbentuk dahulu adalah olivine yang bersamaan dengan plagioklas
dan kemudian membeku. Pada saat tekanan dan suhu semakin rendah,
mineral-mineral lain mulai terbentuk, seperti kuarsa dan semakin menuju ke
permukaan bumi mineral berupa mineral afanik terbentuk. Kemudian dapat
diindikasikan bahwa mineral-mineral tersebut dapat ditemukan pada daerah-daerah
zona magmatisme atau biasa disebut dengan 7 busur magmatisme. Berdasarkan
komposisi mineralnya, yaitu olivine dan plagioklas yang dominan terbentuk, maka
dapat diketahui dan diindikasikan bahwa batuan yang mengandung mineral-mineral
tersebut dapat tersingkap atau ditemukan pada daerah island arc, back arc basin, dan zona hotspot samudra.
Gambar
2.5 Zona Magmatisme (Peraga YA-20)
Berdasarkan
komposisi mineralnya, ditentukan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi IUGS
dengan persentase kelimpahan mineral dibagi total kelimpahan mineral tanpa
massa dasar. Setelah itu didapat Plagioklas berjumlah 55%, dan Olivine 45%.
Berdasarkan klasifikasi tersebut maka peparat YA-20 tersebut berasal dari
sayatan batuan Gabroids (IUGS, 1976).
Gambar
2.6 Klasifikasi IUGS, 1976 (peraga YA-20)
2.3 Kode Preparat LS-16
Pada
Preparat LS-16 dilakukan pengamatan secara mikroskopis menggunakan mikroskop
polarisasi dengan tiga medan pandang yang berbeda. Pembesaran yang dilakukan
adalah 4x/0,10 P. Secara keseluruhan preparat ini menunjukan adanya tekstur
kristalinitas yang holohyalin dikarenakan sebagian terdiri dari mineral dan
sebagiannya massa dasar. Ukuran butir mineralnya tidak seragam, sehingga
granularitasnya dikatakan Inequigranular. Ukuran kristal mineralnya tidak
seragam dan terlihat adanya fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar yang
afanitik, namun masih dapat di deskripsikan sehingga disebut faneroporfiritik.
Batas kristalnya ada yang terlihat jelas ada yang tidak, sehingga bentuk
kristalnya dapat dikatakan subhedral (hypidiomorfik). Sedangkan untuk tekstur
khususnya dimana terdapat fenokris yang tertanam dalam massa dasar tersebut
sehingga dapat dikatakan sebagai tekstur porfiritik.
Pada preparat ini terdapat mineral
yang memiliki kembaran albit dengan sudut 48o, sehingga mineral
tersebut adalah Plagioklas Bitownit An.84.
Gambar
2.7 Kurva Plagioklas (Bitownite An.84)
Keterdapatan
plagioklas secara keseluruhan pada preparat ini adalah sekitar 46,67%. Kemudian
ada juga mineral yang terdapat pecahan yang tidak beraturan, tanpa belahan dan
juga memiliki bentuk prismatik dengan relief yang tinggi, sehingga mineral
tersebut adalah olivine. Keterdapatan Olivine pada preparat ini adalah sekitar
10%. Kemudian ada mineral memiliki belahan 1 arah, bentuk prosmatik,
pleokroisme kuat dan relief tinggi sehingga mineral tersebut adalah hornblende.
Keterdapatan hornblende pada preparat ini sekitar 8,3%. Kemudian terdapat juga
mineral dengan sifat optik belahan 1 arah, gelapan miring 48°
(augite) dan terdapat pleokroik,sehingga mineral tersebut adalah piroksen.
Keterdapatan piroksen dalam sayatan ini adalah 8,67%. Selanjutnya terdapat
sifat optik mineral yaitu ada kembaran carlsbad, sehingga mineral tersebut
adalah orthoklas. Keterdapatan orthoklas dalam sayatan adalah 3,3%. Kemudian
ada massa dasar (mineral opak) yang bersifat afanitik yang keterdapatannya
sekitar 21,7%.
Tingkat
kristalisasinya berupa holohyalin yaitu sebagian mineralnya membentuk kristal
dan sebagian massa dasar membentuk gelasan, hal ini menandakan bahwa batuan
tersebut membeku secara intrusif di bawah permukaan bumi sehingga mineralnya
mempunyai waktu dan kondisi yang ideal untuk membentuk kristal. Granularitasnya
berupa inequigranular faneroporfiritik, yaitu butirannya tidak memiliki ukuran
seragam dan adanya fenokris (kristal yang lebih besar) dikelilingi massa dasar
yang afanit. Granularitas faneroporfiritik tersebut menandakan bahwa
mineral-mineralnya ada yang terbentuk bersamaan ada pula yang tidak. Ada
mineral yang terlebih dahulu terbentuk kemudian setelah itu ada lagi mineral
lain yang terbentuk pada kondisi yang suhu dan tekanan yang berbeda sehingga
membentuk massa dasar, namun pada preparat ini mineral-mineralnya dominan
terbentuk secara bersamaan. Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan tempat
pembentukannya adalah zona plutonik hingga hipabisal. Batas kristalnya euhedral
yaitu bidang batas antar kristalnya jelas. Pada awalnya mineral ini merupakan
magma pijar yang cair, kemudian seiring dengan kondisi suhu yang disebabkan
oleh tekanan sehingga mengakibatkan magma tersebut naik dan pada kondisi
tertentu, mineral-mineral sudah mulai terbentuk, dimana mineral yang terbentuk
dahulu adalah olivine yang bersamaan dengan plagioklas dan kemudian membeku.
Pada saat tekanan dan suhu semakin rendah, mineral-mineral lain mulai
terbentuk, seperti hornblende dan semakin menuju ke permukaan bumi mineral
berupa gelasan terbentuk. Kemudian dapat diindikasikan bahwa mineral-mineral
tersebut dapat ditemukan pada daerah-daerah zona magmatisme atau biasa disebut
dengan 7 busur magmatisme. Berdasarkan komposisi mineralnya, yaitu olivine dan
plagioklas dan piroksen yang dominan terbentuk, maka dapat diketahui dan
diindikasikan bahwa batuan yang mengandung mineral-mineral tersebut dapat
tersingkap atau ditemukan pada daerah island
arc, back arc basin, dan zona hotspot samudra.
Gambar
2.8 Zona Magmatisme (Peraga LS-16)
Berdasarkan
komposisi mineralnya, ditentukan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi IUGS
dengan persentase kelimpahan mineral dibagi total kelimpahan mineral tanpa
massa dasar. Setelah itu didapat Plagioklas berjumlah 50%, Olivine 30% dan piroksen
20%. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka peparat LS-16 tersebut berasal dari
sayatan batuan Olivine Gabbronorite.
Gambar
2.9 Klasifikasi IUGS, 1976 (peraga LS-16)
2.4
Kode Preparat 21
Pengamatan
yang selanjutnya dilakukan pada preparat 21 yang mana dilakukan pengamatan
secara mikroskopis menggunakan mikroskop polarisasi dengan tiga medan pandang
yang berbeda. Pembesaran yang dilakukan adalah 4x/0,10 P. Secara keseluruhan
preparat ini menunjukan adanya tekstur kristalinitas berupa holokristalin
dikarenakan seluruhnya terdiri dari mineral. Kemudian ukuran butir mineralnya
seragam, sehingga granularitasnya dapat
dikatakan Equigranular, dan dapat diketahui juga ukuran kristal
mineralnya seragam dan terlihat adanya fenokris yang masih dapat di
deskripsikan dan dilihat dengan mata telanjang sehingga disebut fanerik. Sehingga
dapat dikatakan sayatan ini memiliki ukuran kristal mikrokristalin atau terdiri
dari kristal mineral. Batas kristalnya ada yang terlihat jelas dan ada juga
yang saling berhimpitan sehingga bentuk kristalnya dapat dikatakan sebagai
hypidiomorfik (subhedral). Sedangkan untuk tekstur khususnya dimana terdapat
kristal plagioklas yang dilingkupi oleh mineral piroksen sehingga dapat
dikatakan sebagai tekstur ophitic.
Pada preparat ini terdapat mineral
yang memiliki kembaran albit dengan sudut 54o, sehingga mineral
tersebut adalah Plagioklas Anorthite An.94.
Gambar
2.10 Kurva Plagioklas (Anorthite An.94)
Keterdapatan
plagioklas secara keseluruhan pada preparat ini adalah sekitar 6,6%. Kemudian
ada juga mineral yang terdapat pecahan yang tidak beraturan, tanpa belahan dan
juga memiliki bentuk prismatik dengan relief yang tinggi, sehingga mineral
tersebut adalah olivine. Keterdapatan Olivine pada preparat ini adalah sekitar
50%. Kemudian ada mineral memiliki belahan 1 arah, bentuk prosmatik,
pleokroisme kuat dan relief tinggi sehingga mineral tersebut adalah hornblende.
Keterdapatan hornblende pada preparat ini sekitar 16,67%. Dan yang terakhir
adalah terdapat belahan 1 arah, memiliki gelapan miring 50°(augite),
sehingga dapat diketahui mineral ini adalah piroksen (klinopiroksen).
Keterdapatan piroksen dalam sayatan ini adalah 26,6%.
Tingkat
kristalisasinya berupa holokristalin yaitu semua mineralnya membentuk kristal
dan sedikit gelasan, hal ini menandakan bahwa batuan tersebut membeku secara
intrusif jauh di bawah permukaan bumi sehingga mineralnya mempunyai waktu dan
kondisi yang ideal untuk membentuk kristal. Granularitasnya berupa equigranular
fanerik, yaitu butirannya memiliki ukuran seragam dan adanya fenokris (kristal
yang lebih besar) yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang. Granularitas
fanerik tersebut menandakan bahwa mineral-mineralnya terbentuk bersamaan.
Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan tempat pembentukannya adalah zona plutonik.
Batas kristalnya subhedral yaitu bidang batas antar kristalnya ada yang jelas
ada pula yang berhimpitan. Pada awalnya mineral ini merupakan magma pijar yang
cair, kemudian seiring dengan kondisi suhu yang disebabkan oleh tekanan
sehingga mengakibatkan magma tersebut naik dan pada kondisi tertentu,
mineral-mineral sudah mulai terbentuk, dimana mineral yang terbentuk dahulu
adalah olivine yang bersamaan dengan plagioklas, kemudian terbentuk piroksen
dan kemudian membeku. Pada saat tekanan dan suhu semakin rendah,
mineral-mineral lain mulai terbentuk, seperti hornblende dan semakin menuju ke
permukaan bumi mineral berupa gelasan terbentuk. Kemudian dapat diindikasikan
bahwa mineral-mineral tersebut dapat ditemukan pada daerah-daerah zona
magmatisme atau biasa disebut dengan 7 busur magmatisme. Berdasarkan komposisi
mineralnya, yaitu olivine dan plagioklas yang dominan terbentuk, maka dapat
diketahui dan diindikasikan bahwa batuan yang mengandung mineral-mineral
tersebut dapat tersingkap atau ditemukan pada daerah MOR (Mid Oceanic Ridge).
Gambar
2.11 Zona Magmatisme (Peraga 21)
Berdasarkan
komposisi mineralnya, dapat ditentukan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi
IUGS dengan persentase kelimpahan mineral dibagi dengan total kelimpahan
mineral tanpa massa dasar. Setelah itu didapat Plagioklas berjumlah 6,67%, Olivine
50%, Hornblende + Piroksen 43,347%. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka
peparat 21 tersebut berasal dari sayatan batuan Peridotite (IUGS, 1976).
Gambar
2.12 Klasifikasi IUGS, 1976 (peraga 21)
2.5
Kode Preparat M02
Pengamatan
yang Selanjutnya dilakukan pada preparat M02 yang mana dilakukan pengamatan
secara mikroskopis menggunakan mikroskop polarisasi dengan tiga medan pandang
yang berbeda. Pembesaran yang dilakukan adalah 4x/0,10 P. Secara keseluruhan
preparat ini menunjukan adanya tekstur kristalinitas berupa holokristalin
dikarenakan seluruhnya terdiri dari mineral. Kemudian ukuran butir mineralnya
tidak seragam, sehingga granularitasnya dapat
dikatakan Inequigranular, dan dapat diketahui juga ukuran kristal
mineralnya tidak seragam dan terlihat adanya fenokris yang dikelilingi oleh
massa dasar yang afanitik, susah untuk di deskripsikan dan dilihat dengan mata
telanjang sehingga disebut porfirofanitik. Sehingga dapat dikatakan sayatan ini
memiliki ukuran kristal mikrokristalin atau terdiri dari kristal mineral. Batas
kristalnya ada yang terlihat jelas dan ada yang tidak sehingga bentuk
kristalnya dapat dikatakan sebagai hypidiomorfik (subhedral). Sedangkan untuk
tekstur khususnya dimana mineral plagioklas yang memanjang secara acak terisi oleh
gelasan atau alterasi, sehingga disebut dengan intersertal
Pada preparat ini terdapat mineral
yang memiliki kembaran albit dengan sudut 15o, sehingga mineral
tersebut adalah Plagioklas Albit An.8.
Gambar
2.13 Kurva Plagioklas (Albit An.8)
Keterdapatan
plagioklas secara keseluruhan pada preparat ini adalah sekitar 46,67%. Kemudian
ada juga mineral yang terdapat pecahan yang tidak beraturan, tanpa belahan dan
juga memiliki bentuk prismatik dengan relief yang tinggi, sehingga mineral
tersebut adalah olivine. Keterdapatan Olivine pada preparat ini adalah sekitar
21,67%. Kemudian ada mineral memiliki bentuk berlembar,pleokroisme kuat, dan
gelapan sejajar sehingga mineral tersebut adalah muskovite. Keterdapatan
muskovite pada preparat ini sekitar 5%. Selain itu ada mineral dengan sifat
optik tidak memiliki belahan, relief rendah, memiliki gelapan bergelombang
dengan bentuk yang tidak beraturan, sehingga mineral ini adalah kuarsa.
Keterdapatan kuarsa pada preparat ini adalah 11,67%. Kemudian terdapat juga
massa dasar (mineral opak) yang bersifat afanitik yang keterdapatannya sekitar 11,67%.
Tingkat
kristalisasinya berupa holokristalin yaitu semua mineralnya membentuk kristal
dan sedikit gelasan, hal ini menandakan bahwa batuan tersebut membeku secara
intrusif jauh di bawah permukaan bumi sehingga mineralnya mempunyai waktu dan
kondisi yang ideal untuk membentuk kristal. Granularitasnya berupa
inequigranular porfiroafanitik, yaitu butirannya tidak memiliki ukuran seragam
dan tidak adanya fenokris (kristal yang lebih besar) dan didominasi oleh kristal halus atau massa
dasar yang afanit yang kecil. Granularitas porfiroafanitik tersebut menandakan
bahwa mineral-mineralnya terbentuk secara bersamaan dengan waktu yang singkat.
Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan tempat pembentukannya adalah zona vulkanik.
Batas kristalnya subhedral yaitu bidang batas antar kristalnya ada yang jelas
ada yang tidak jelas. Pada awalnya mineral ini merupakan magma pijar yang cair,
kemudian seiring dengan kondisi suhu yang disebabkan oleh tekanan sehingga
mengakibatkan magma tersebut naik dan pada kondisi tertentu, mineral-mineral
sudah mulai terbentuk, dimana mineral yang terbentuk dahulu adalah olivine yang
bersamaan dengan plagioklas dan kemudian membeku. Pada saat tekanan dan suhu semakin
rendah, mineral-mineral lain mulai terbentuk, seperti muskovite dan semakin
menuju ke permukaan bumi mineral berupa kuarsa gelasan terbentuk. Kemudian
dapat diindikasikan bahwa mineral-mineral tersebut dapat ditemukan pada
daerah-daerah zona magmatisme atau biasa disebut dengan 7 busur magmatisme.
Berdasarkan komposisi mineralnya, yaitu kuarsa, muskovite dan plagioklas yang
dominan terbentuk, maka dapat diketahui dan diindikasikan bahwa batuan yang
mengandung mineral-mineral tersebut dapat tersingkap atau ditemukan pada daerah
vulkanic arc,dan continental rift zone.
Gambar
2.14 Zona Magmatisme (Peraga M02)
Berdasarkan
komposisi mineralnya, dapat ditentukan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi
IUGS dengan persentase kelimpahan mineral dibagi dengan total kelimpahan
mineral tanpa massa dasar. Setelah itu didapat Plagioklas berjumlah 50%, Kuarsa
30%, dan Alkali feldspar 20%. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka peparat M02
tersebut berasal dari sayatan batuan Granodiorite (IUGS, 1976).
Gambar
2.15 Klasifikasi IUGS, 1976 (peraga G-18)
2.6
Kode Preparat STA-19
Pengamatan
yang Selanjutnya dilakukan pada preparat STA-19 yang mana dilakukan pengamatan
secara mikroskopis menggunakan mikroskop polarisasi dengan tiga medan pandang
yang berbeda. Pembesaran yang dilakukan adalah 4x/0,10 P. Secara keseluruhan
preparat ini menunjukan adanya tekstur kristalinitas berupa holokristalin
dikarenakan seluruhnya terdiri dari mineral. Kemudian ukuran butir mineralnya
tidak seragam, sehingga granularitasnya dapat
dikatakan Inequigranular, dan dapat diketahui juga ukuran kristal
mineralnya tidak seragam dan terlihat adanya fenokris yang dikelilingi oleh
massa dasar yang afanitik, namun masih dapat di deskripsikan dan dilihat dengan
mata telanjang sehingga disebut faneroporfiritik. Sehingga dapat dikatakan
sayatan ini memiliki ukuran kristal mikrokristalin atau terdiri dari kristal
mineral. Batas kristalnya ada yang terlihat jelas ada juga tidak, sehingga
bentuk kristalnya dapat dikatakan sebagai hypidiomorfik (subhedral). Sedangkan
untuk tekstur khususnya dimana terdapat fenokris yang tertanam dalam massa
dasar tersebut sehingga dapat dikatakan sebagai tekstur porfiritik.
Pada preparat ini terdapat mineral
yang memiliki kembaran albit dengan sudut 30o, sehingga mineral
tersebut adalah Plagioklas Labradorite An.54.
Gambar
2.16 Kurva Plagioklas (LAbradorite An.54)
Keterdapatan
plagioklas secara keseluruhan pada preparat ini adalah sekitar 21,67%. Kemudian
ada juga mineral yang terdapat pecahan yang tidak beraturan, tanpa belahan dan
juga memiliki bentuk prismatik dengan relief yang tinggi, sehingga mineral
tersebut adalah olivine. Keterdapatan Olivine pada preparat ini adalah sekitar
11,67%. Kemudian ada mineral memiliki belahan 1 arah, bentuk prosmatik, pleokroisme
kuat dan relief tinggi sehingga mineral tersebut adalah hornblende.
Keterdapatan hornblende pada preparat ini sekitar 13%. Selain itu ada mineral
dengan sifat optik tidak memiliki belahan, relief rendah, memiliki gelapan
bergelombang dengan bentuk yang tidak beraturan, sehingga mineral ini adalah
kuarsa. Keterdapatan kuarsa pada preparat ini adalah 20%. Kemudian terdapat
mineral dengan kembaran carlsbad, maka disebut dengan orthoklas. Keterdapatan
orthoklas pada sayatan ini adalah 16,67%. Selanjutnya mineral dengan warna
merah kecoklatan (xpl), dengan bentuk prismatik, sehingga disebut dengan
biotite. Keterdapatan biotite dalam sayatan ini adalah sekitar 3,3%. Kemudian terdapat juga massa dasar (mineral
opak) yang bersifat afanitik yang keterdapatannya sekitar 21,67%. Dan yang terakhir terdapat mineral dengan
belahan 1 arah, gelapan miring 42° (augite)
disebut piroksen, dengan presentasi sekitar 5%.
Tingkat
kristalisasinya berupa holokristalin yaitu semua mineralnya membentuk kristal
dan sedikit gelasan, hal ini menandakan bahwa batuan tersebut membeku secara
intrusif jauh di bawah permukaan bumi sehingga mineralnya mempunyai waktu dan
kondisi yang ideal untuk membentuk kristal. Granularitasnya berupa
inequigranular faneroporfiritik, yaitu butirannya tidak memiliki ukuran seragam
dan adanya fenokris (kristal yang lebih besar) dikelilingi massa dasar yang
afanit yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang. Granularitas
faneroporfiritik tersebut menandakan bahwa mineral-mineralnya ada yang
terbentuk bersamaan ada pula yang tidak. Ada mineral yang terlebih dahulu
terbentuk kemudian setelah itu ada lagi mineral lain yang terbentuk pada
kondisi suhu dan tekanan yang berbeda sehingga membentuk massa dasar, namun
pada preparat ini mineral-mineralnya dominan terbentuk secara bersamaan.
Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan tempat pembentukannya adalah zona hipabisal.
Batas kristalnya subhedral yaitu bidang batas antar kristalnya ada yang jelas
ada yang tidak. Pada awalnya mineral ini merupakan magma pijar yang cair,
kemudian seiring dengan kondisi suhu yang disebabkan oleh tekanan sehingga
mengakibatkan magma tersebut naik dan pada kondisi tertentu, mineral-mineral
sudah mulai terbentuk, dimana mineral yang terbentuk dahulu adalah olivine yang
bersamaan dengan plagioklas dan kemudian membeku. Pada saat tekanan dan suhu
semakin rendah, mineral-mineral lain mulai terbentuk, seperti piroksen dan
semakin menuju ke permukaan bumi mineral berupa kuarsa, biotite, dan orthoklas
serta gelasan terbentuk. Kemudian dapat diindikasikan bahwa mineral-mineral
tersebut dapat ditemukan pada daerah-daerah zona magmatisme atau biasa disebut
dengan 7 busur magmatisme. Berdasarkan komposisi mineralnya, yaitu kuarsa,
orthoklas,olivine,piroksen dan plagioklas yang dominan terbentuk, maka dapat
diketahui dan diindikasikan bahwa batuan yang mengandung mineral-mineral
tersebut dapat tersingkap atau ditemukan pada daerah vulkanic arc.
Gambar
2.17 Zona Magmatisme (Peraga STA-19)
Berdasarkan
komposisi mineralnya, dapat ditentukan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi
IUGS dengan persentase kelimpahan mineral dibagi dengan total kelimpahan
mineral tanpa massa dasar. Setelah itu didapat Plagioklas berjumlah 30%, Kuarsa
30%, dan Alkali Feldspar 40%. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka peparat STA-19
tersebut berasal dari sayatan batuan Ryolite (IUGS, 1976).
Gambar
2.18 Klasifikasi IUGS, 1976 (peraga STA-19)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Batuan dengan nomor peraga G-18 memiliki
kenampakan tekstur umum berupa tingkat kristalisasi holokristalin, dengan
granularitas berupa inequigranular (faneroporfiritik), ukuran kristal
mikrokristalin, dan fabriknya panidiomorfik (euhedral). Kemudian untuk tekstur
khususnya berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah
plagioklas,olivine kuarsa dan hornblende. Berdasarkan klasifikasi IUG (1976),
nama batuannya adalah Olivine gabronorite. Interpretasi keberadaan dari mineral
ini adalah pada zona island arc, back arc basin, dan hot spot samudera.
·
Batuan dengan nomor peraga YA-20
memiliki kenampakan tekstur umum berupa tingkat kristalisasi holokristalin,
dengan granularitas berupa equigranular (fanerik), ukuran kristal
mikrokristalin, dan fabriknya panidiomorfik (euhedral). Kemudian untuk tekstur
khususnya berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah
plagioklas, dan olivine. Berdasarkan klasifikasi IUG (1976), nama batuannya
adalah Gabroids. Interpretasi keberadaan dari mineral ini adalah pada zona
island arc, back arc basin, dan hot spot samudera.
·
Batuan dengan nomor peraga LS-16
memiliki kenampakan tekstur umum berupa tingkat kristalisasi holohyalin, dengan
granularitas berupa inequigranular (faneroporfiritik), ukuran kristal
mikrokristalin, dan fabriknya hypidiomorfik (subhedral). Kemudian untuk tekstur
khususnya berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah
plagioklas, olivine, dan piroksen. Berdasarkan klasifikasi IUG (1976), nama
batuannya adalah Olivine gabronorite. Interpretasi keberadaan dari mineral ini
adalah pada zona island arc, back arc basin, dan hot spot samudera.
·
Batuan dengan nomor peraga 21 memiliki
kenampakan tekstur umum berupa tingkat kristalisasi holokristalin, dengan
granularitas berupa equigranular (fanerik), ukuran kristal mikrokristalin, dan
fabriknya hypidiomorfik (subhedral). Kemudian untuk tekstur khususnya berupa ophitic.
Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah plagioklas, olivine, piroksen
dan hornblende. Berdasarkan klasifikasi IUG (1976), nama batuannya adalah
peridotite. Interpretasi keberadaan dari mineral ini adalah pada zona MOR (mid
oceanic ridge).
·
Batuan dengan nomor peraga M02 memiliki
kenampakan tekstur umum berupa tingkat kristalisasi holokristalin, dengan granularitas
berupa inequigranular (porfiroafanitik), ukuran kristal mikrokristalin, dan
fabriknya hypidiomorfik (subhedral). Kemudian untuk tekstur khususnya berupa intersertal.
Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah plagioklas, olivine, kuarsa dan muskovite.
Berdasarkan klasifikasi IUG (1976), nama batuannya adalah Granodiorite.
Interpretasi keberadaan dari mineral ini adalah pada zona vulkanik arc, dan
back arc basin.
·
Batuan dengan nomor peraga STA-19
memiliki kenampakan tekstur umum berupa tingkat kristalisasi holokristalin,
dengan granularitas berupa inequigranular (faneroporfiritik), ukuran kristal
mikrokristalin, dan fabriknya hypidiomorfik (subhedral). Kemudian untuk tekstur
khususnya berupa porfiritik. Komposisi yang dominan pada sayatan ini adalah
plagioklas, olivine, kuarsa, orthoklas dan piroksen. Berdasarkan klasifikasi
IUG (1976), nama batuannya adalah Ryolite. Interpretasi keberadaan dari mineral
ini adalah pada zona vulcanic arc.
3.2
Saran
Pada saat
melakukan pendeskripsian seharusnya :
·
Memahami cara pendeskripsian batuan beku
non fragmental secara mikroskopis
·
Memahami management waktu yang baik
dalam pendeskripsian
·
Memahami dan mengetahui sifat optik khas
mineral primer
Aplikasi dalam bidang geologi :
·
Mengetahui penamaan batuan berdasarkan
klasifikasi IUGS (1976)
·
Menginterpretasikan proses pembentukan,
persebaran batuan, dan menganalisis secara jauh tentang manfaat dibidang
tambang, hidrotermal, dan lainnya.